Sifat 20 Disusun oleh Habib 'Utsman bin 'Abdullah bin 'Aqil bin Yahya
Muqadimah
Segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam. Shalawat yang sempurna serta salam yang sempurna atas junjungan kita Nabi Muhammad dan atas keluarga serta para shahabatnya sekalian.
Ni’mat
Islam dan ni’mat
Iman adalah ni’mat yang sangat besar yang Allah berikan
kepada ummat Islam.
Keduanya adalah syarat untuk dapat memasuki syurga dengan kekal di dalamnya dan
selamat dari siksa api neraka dengan berbuat tha’at kepada AllahSubhanahu
wa Ta’ala. Maka
wajiblah atas tiap mukallaf (aqil baligh) bahwa ia mengetahui segala rukun Islam
dan rukun iman agar ia bersyukur kepada AllahTa’ala
dengan mengamalkan
amalan-amalan keduanya yang hanya dapat diterima Allahbila kita memiliki
ilmunya.
Rukun Islam yang pertama ialah
mengucapkan dua kalimah syahadah. Ilmu tentang ma’na dua kalimah
syahadah itulah yang disebut ushuluddin atau ilmu tauhid. Wajib bagi setiap
mukallaf untuk mengenal Allah‘Azza wa
Jalla dengan segala SifatNya yang wajib bagiNya dan yang mustahil padaNya, serta
yang harus padaNya. Demikian pula yang wajib bagi Rasul ’alayhimush shalatu wa
sallam dan yang mustahil, serta yang harus. Adapun ilmu tentang rukun Islam yang
lain termasuk ilmu fiqih, yang wajib atas tiap mukallaf mengetahuinya untuk
kesempurnaan ibadah. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Tiap orang
ber’amal tanpa ilmu, maka ‘amalnya itu ditolak, tidak diterima.” Beliau SAW juga
bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas tiap muslim.”
Dalam
kitab
زبد dikatakan, “Yang
pertama kali wajib atas manusia ialah mengenal Allahdengan yaqin.”
Dalam
kitab Khuthbatul Habib Thahir bin Husain dikatakan, “Ketahuilah wahai saudaraku
bahwa ushuluddin ialah mengenal Yang disembah sebelum menyembah, dan itulah
hakikat ma’na kalimah syahadah.”
Jika
telah
diketahui kewajiban ma’rifatullah Ta’ala atas tiap mukallaf, maka diketahui
olehmu bahwa ma’rifatullah adalah jazim (yang putus, yang tiada ragu lagi) dan
mufaqah (sesuai) pada haq dengan dalil.[1] Adapun dalil adalah hal yang menunjukkan kebenaran
suatu perkara. Sedangkan dalil wujudnya AllahTa’ala dengan segala SifatNya cukup
dengan dalil ajmaly (keadaan langit, bumi, dan yang di antaranya). Firman
AllahSubhanahu
wa
Ta’ala:
إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
Artinya: Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang memiliki ‘aqal.
(Ali
‘Imran: 190)
[1] Jazim itu ada empat,
yaitu:
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Yaa Siin: 51-54)
Shifat Ma'nawiyah
a. Jazim mufaqah pada haq dengan dalil, inilah
ma’rifah.
b. Jazim mufaqah pada haq tanpa dalil, inilah taqlid
shahih (mengikut yang benar tanpa dalil).
c. Jazim tiada mufaqah pada haq dengan dalil, inilah
jahil markab (kebodohan yang membodohi).
d. Jazim tiada mufaqah pada haq tanpa dalil, inilah
taqlid bathil (mengikut yang salah tanpa ilmu).
Macam Hukum
Hukum ‘Aqly
Hukum ‘Aqly ada tiga, yaitu:
1. Wajib, artinya perkara yang tidak
boleh tidak akan adanya bagi ‘aqal fikiran.
2. Mustahil, artinya perkara yang
tidak boleh tidak akan tiadanya bagi ‘aqal.
3. Jaiz, artinya perkara yang adanya
dan tiadanya dapat diterima ‘aqal.
Hukum Syar’i
Hukum syar’i ialah perintah Allah
Ta’ala atas perbuatan mukallaf (yang diberatkan/ yang diberi tanggung jawab),
maka disebut perintah yang memberatkan (taklif) disebut juga sebagai perintah
yang jelas, sebab ditentukan syaratnya atau sebabnya.
Hukum syar’i ada
tujuh, yaitu:
1. Wajib, artinya perkara yang jika
dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat
dosa.
2. Sunnah, artinya perkara yang jika
dikerjakan mendapat pahala.
3. Haram, artinya perkara yang jika
dikerjakan mendapat dosa dan jika ditinggalkan mendapat
pahala.
4. Makruh, artinya perkara yang jika
dikerjakan tidak mendapat dosa, tetapi perbuatan tersebut tidak disukai Allah
dan jika ditinggalkan mendapat pahala.
5. Mubah, artinya “harus syar’i”,
yaitu perkara yang jika dikerjakan ataupun ditinggalkan tiada mendapat dosa atau
pahala.
6. Shahih (sah), artinya perkara yang
lengkap segala syaratnya dan segala rukunnya.
7. Bathal, artinya perkara yang
kurang syaratnya atau rukunnya.
Hukum ‘Ady
(Adat/Kebiasaan)
Hukum ‘ady artinya menetapkan suatu
perkara bagi suatu hal, atau menetapkan suatu perkara pada suatu hal dengan
alasan perkara tersebut berulang-ulang.
1. Pertambatan/penetapan keadaan
suatu perkara dengan keadaan perkara lainnya. Misalnya keadaan kenyang dengan
keadaan makan.
2. Penetapan ketiadaan suatu perkara
dengan ketiadaan perkara lainnya. Misalnya ketiadaan kenyang dengan ketiadaan
makan.
3. Penetapan keadaan suatu perkara
dengan ketiadaan perkara lain. Misalnya keadaan dingin dengan ketiadaan
selimut.
4. Pentapan ketiadaan suatu perkara
dengan keadaan suatu perkara lain. Misalnya ketiadaan hangus dengan adanya
siraman air.
Sekarang anda telah mengetahui perbedaan wajib
syar’i dengan wajib ‘aqly. Jika disebutkan wajib atas tiadp mukallaf maksudnya
ialah wajib syar’i. Jika disebutkan wajib bagi Allah Ta’ala atau bagi
Rasulullah, maka maksudnya ialah wajib ‘aqly. Jika dikatakan jaiz bagi mukallaf,
maka maksudnya jaiz syar’i. Jika dikatakan jaiz bagi Allah Ta’ala, maka
maksudnya adalah jaiz ‘aqly.
Yang wajib pada Allah ‘Azza wa Jalla dengan
tafshil disebut sifat dua puluh, yang telah berdiri dalil ‘aqly dan naqly
atasnya. Wajib atas tiap mukallaf mengetahui dengan ijmaly saja didalam
perkataan (bersifat Allah Ta’ala dengan setiap sifat kesempurnaan. Adapun yang
mustahil pada Allah ‘Azza wa Jalla dengan tafshil ada 20 perkara, yaitu lawan
dari dua puluh sifat yang wajib bagi Allah ‘Azza wa Jalla. Yang mustahil pada
Allah ‘Azza wa Jalla dengan ijmaly yaitu yang ada di dalam perkataan “Maha Suci
Allah dari dari setiap sifat kekurangan dan dari perkara yang terbayang
(terbersit) di hati.”
Sifhat Nafsiah
وُجُودٌ
Wujud (ada). Mustahil ‘adam (tiada).
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي
سِتَّةِ أَيَّامٍ
Allah Yang Menciptakan langit dan bumi serta yang
berada diantara keduanya… [QS. As Sajdah (32) : 4]
Tuhan haruslah Ada, mustahil Tuhan itu bersifat
tidak ada. Sesuatu bisa disebut Ada, kalau ia ada dengan sendirinya. Sebab ‘Ada’
adalah kata aktif, bukan pasif. Jadi segala sesuatu yang ‘diadakan’ maka dia
bukanlah Tuhan, sebab sifatnya ‘diadakan’, bukan ‘Ada’. Umpamanya ada orang
lumpuh, dia dibantu dan digerakkan atau diposisikan sehingga ia berada pada
posisi duduk. Maka sebenarnya ia tidak duduk akan tetapi didudukkan. Ketika ia
ditopang oleh orang lain sehingga berada pada posisi berdiri, sebenarnya ia
tidak berdiri, melainkan didirikan. Tuhan tidak diadakan. Tuhan itu Ada tanpa
diadakan.
Tidak pantas jika kita menyembah sesuatu yang
diciptakan. Tidak pantas jika manusia menyembah Isa as., Uzair as, patung,
Fir’aun, pohon, dewa-dewa, jin, malaikat, dsb. Sebab mereka semua diciptakan.
Sesuatu yang diciptakan bukanlah Tuhan. Justeru Tuhan itulah yang mencipta
segala yang ada. Allah berfirman dalam Al Qur`an surah Al-Anbiya` ayat 30 yang
artinya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? [Al-Anbiya`: 30]
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih
merupakan kabut. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. [Fushshilat: 11-12]
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami)
dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. [Adz-Dzariyat: 47]
Bahwa pada mula pertama dijadikan Allah akan langit
dan bumi. Maka bumi itu lagi campur baur adanya, yaitu suatu hal yang ketutupan
kelam kabut; maka Roh Allah berlayang-layang di atas muka air itu. [Kejadian
1:1-2 TL]
Pada tahun 1929, A.E. Hubble seorang astronom
berkebangsaan Amerika menghadirkan sebuah penemuan besar. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia
mendapati cahaya dari bintang-bintang itu berubah ujung spektrumnya menjadi
merah. Hal ini berarti, bintang tersebut menjauh dari tempat observasi. Artinya
bintang menjauhi bumi secara tetap. Sebelumnya ia juga
mendapati bahwa galaksi-galaksi dan bintang-bintang bergerak saling menjauh satu
dengan yang lainnya. Ini menjelaskan bahwa ternyata alam semesta meluas, “Tidak
statis sebagaimana diklaim oleh kaum atheis. Alam semesta yang meluas ini
menunjukkan bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur dalam hal waktu, maka
didapati bahwa alam semesta berasal dari ‘titik tunggal’. Perhitungan
menunjukkan bahwa titik tunggal ini, mengandung pengertian semua zat atau materi
yang ada di alam semesta, mempunyai ‘volume nol’ dan ‘kerapatan tak terbatas’.
Alam semesta tercipta melalui ledakan titik tunggal yang bervolume nol ini.
Ledakan luar biasa dahsyatnya yang disebut Ledakan Dahsyat (Big Bang) ini
menandai dimulainya alam semesta. Adapun yang dimaksud dengan ‘volume nol’
adalah ketiadaan.”
Ini adalah bukti bahwa agama Islam bukanlah takhyul.
Sebab keyaqinan bahwa alam semesta itu diciptakan oleh Allah dapat dijelaskan
secara ilmiah. Justeru teori yang mengatakan bahwa alam semesta ini tidak
diciptakan itulah yang merupakan kepercayaan takhyul yang tidak logis, tidak
masuk aqal, tidak ilmiah, jahil, sesat. Jika tidak diatur oleh Allah, mana
mungkin sebuah ledakan dahsyat dapat menghasilkan tatanan yang teratur seperti
yang kita lihat pada alam semesta. Sebagaimana kita ketahui, setiap ledakan itu
hanya menghasilkan kekacau-balauan. Tidak mungkin ledakan dinamit menghasilkan
bangunan megah yang kokoh dan indah. Tanpa Kekuasaan Allah, tentu zat-zat itu
akan berhamburan tanpa kontrol. Tetapi pada kenyataannya, setelah peristiwa Big
Bang, zat-zat itu bergerak dengan kecepatan dan arah yang sangat terkendali.
Tentu saja Allah Yang telah menahan zat-zat tersebut agar tidak berhamburan
tanpa kendali.
Allah Ada bukan dengan diadakan, tetapi Allah memang
bersifat Wujud (Ada). Allah ada dengan SendiriNya. Sedangkan makhluq pada
haqiqatnya tidak ada, melainkan diadakan. Jelas beda antara ada dengan diadakan.
Itulah salah satu ma’na kalimat tauhid (LAA MAUJUD ILLALLAAH)
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk berdzikir
kepada Allah Ta’ala pada tiap yang maujud. Dzikir itu dapat dilakukan dengan
banyak cara, misalnya dengan menyebut Asma Allah atau memujiNya dengan lisan dan
juga meyaqini dengan hati; bisa juga dengan mengingat ni’mat yang telah Allah
berikan; berfikir tentang keindahan dan keteraturan yang ada pada ciptaan Allah
termasuk diri sendiri; mengambil pelajaran dari tokoh-tokoh terdahulu; mengambil
pelajaran dari musibah dan peristiwa; dsb.
Shifat Salbiyah
قِدَمٌ Qidam (Terdahulu). Mustahil huduts (baru) atau didahului
oleh ketiadaan.
هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ
Dia Yang Awal dan Yang
Akhir. [Al Hadid (57) : 3]
Tuhan haruslah yang terdahulu. Tuhan tidak didahului oleh
ketiadaan. Sesuatu yang diawali dengan ketiadaan berarti sifat aslinya adalah
tiada. Sedangkan kita sudah sepakat bahwa Tuhan itu sifat aslinya adalah ‘Ada’.
Dia Ada karena Dia memang Ada, jika diawali ketiadaan, kemudian menjadi Ada,
lalu siapa yang membuat dia menjadi ‘Ada’? Maka yang membuat menjadi ‘ada’
itulah Tuhan, dan Tuhan tidak mungkin diadakan. Tuhan haruslah Terdahhulu.
Maka tidak pantas kita menyembah sesuatu yang didahului oleh
ketiadaan. Astrofisikawan terkenal, Hugh Ross menuturkan, “Jika permulaan waktu
bersamaan dengan awal keberadaan alam semesta, seperti dijelaskan
teorema-angkasa, maka penyebab alam semesta harus merupakan kesatuan yang
berfungsi dalam suatu dimensi waktu yang sepenuhnya terpisah, dan sudah ada
sebelumnya. Kesimpulan ini sangat penting untuk pemahaman kita tentang Siapa
Yang Tuhan dan siapa/apa yang bukan Tuhan. Rabb bukanlah alam semesta (makhluq)
itu sendiri dan tidak terkandung dalam alam semesta (baik ruang maupun
waktu).”
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. [QS. Al-Ikhlash
(112): 3]
Dia Yang Awwal dan Yang Akhir. [QS. Al-Hadid (57) : 3]
Akulah Yang Awal dan Akulah Yang Akhir, tidak ada Allah selain
daripada-Ku. [Yesaya 44: 6]
Allah itu Wujud (Ada). Itulah Sifat Allah. Sedangkan
‘adam (tiada) bukanlah Sifat Allah. Allah tidak didahului ketiadaan. Ketiadaan
itu ciptaan Allah. Apa yang selain Allah haqiqatnya (sebenarnya) tidak ada.
Allah Ada walaupun makhluq belum diadakan. Allah bersifat
Qidam
(Terdahulu). Sedangkan makhluq adalah yang
terkemudian. Manusia dan jin itu tidak ada. Lalu Allah menciptakan keduanya. Ada
yang diciptakan kafir dan ada yang diciptakan mu`min.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk bersyukur
kepada Allah‘Azza wa Jalla
yang telah menjadikan kita mu`min dan muslim dengan
taufiqNya.
بَقَاءٌ Baqa` (Kekal). Mustahil binasa
(fana) atau dihubungi/mengalami ketiadaan.
وَيَبْقَى وَجْهُ
رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ
وَالإكْرَامِ
Dan kekal
Dzat AllahYang mempunyai Kebesaran dan
Kemuliaan. [Ar Rahman (55) : 27]
Tuhan haruslah kekal, tidak mungkin Tuhan itu sementara. Allah Ada, Allah
adalah Yang Akhir, ketika semua makhluq telah binasa, Allah tetap Ada. Allah tidak mengalami sakit, tidak mengantuk, tidak tidur, tidak
lelah, apalagi binasa.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu
Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar. [QS. Al-Baqarah (2): 255]
Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal
yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak
menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. [Yesaya 40:28]
Maka tidak pantas kita menyembah sesuatu yang mengalami sakit,
lelah, apalagi binasa. Dalam Alkitab dikatakan:
Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih disebabkan
perjalanan, sebab itu ia duduk di pinggir sumur itu. [Yohanes 4: 6]
Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga
perahu itu ditelan gelombang, tetapi Yesus tidur. [Matius 8: 24]
Disebabkan alam semesta -termasuk kita- tidak kekal, maka sudah
semestinya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan hari
berbangkit.
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-A’raf: 56)
Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah
datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun
orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka
sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (Q.S. An-Naazi’aat: 34-41)
Untuk memahami tentang semunya alam semesta dan relativitas
waktu, kami jelaskan sedikit disini bahwa alam semesta itu seperti mimpi. Materi
hanyalah imajinasi. Sewaktu kita bermimpi, kita merasa bahwa kita berjalan,
bergerak, menyentuh sesuatu, merasakan sesuatu, mendengar sesuatu; padahal itu
hanyalah imajinasi. Tetapi imajinasi yang kita rasakan dalam ‘alam nyata’ adalah
tanda dari apa yang akan kita alami di alam berikutnya. Apakah kita akan ‘terbangun dari mimpi’ kemudian merasakan ‘mimpi’
indah, atau kita ‘terbangun dari mimpi’ kemudian merasakan ‘mimpi’
buruk.Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Yaa Siin: 51-54)
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa
seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore
atau pagi hari. (Q.S. An-Naazi’aat: 46)
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui
suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun,
kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di
sini?” Ia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”.
Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya;
lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah
kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan
kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang
keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan
daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang
telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah: 259)
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak
tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.”
(Q.S. Al-mu`minun: 112-114)
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan,
padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di
sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (Q.S. Al-Hajj: 47)
Mungkin Anda pernah melihat film flora tentang pertumbuhan sebuah
benih. Anda melihat benih itu tumbuh hanya dalam beberapa detik saja hingga ia
menjadi tumbuhan dewasa. Padahal kenyataannya untuk tumbuh menjadi tumbuhan
dewasa diperlukan waktu berminggu-minggu. Ketahuilah bahwa apa yang Anda lihat
dalam film itu adalah peristiwa yang dipercepat. Tetapi si film -seandainya ia
dapat merasa seperti manusia- tidak merasa bahwa ia sedang menjalani percepatan.
Ia merasa normal. Ia merasakan tiap frame dengan normal. Ia merasakan siang dan
malam silih berganti dengan normal. Tetapi itu adalah perhitungan si film.
Sedangkan bagi kita siang dan malam -mulai dari benih hingga menjadi tumbuhan
dewasa- pada si film terjadi hanya dalam waktu beberapa detik. Ternyata
perhitungan si film terhadap dirinya berbeda dengan perhitungan kita terhadap si
film.
Allah Ada. Mustahil
tidak ada atau mengalami ketiadaan. Allah Ada walaupun makhluq tidak ada. Allah
adalah Yang Akhir. Allah tidak mengalami sakit, kantuk, tidur, lelah, apalagi
binasa. Sedangkan makhluq tidak ada. Lalu makhluq diadakan.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk ingat bahwa ia
akan mati supaya ia beristighfar dan bertaubat kepada AllahTa’ala.
مُخَالَفَةُ
لِلْحَوَادِثِ Mukhalafatu lil hawadits (Berbeda dengan yang baru).
Mustahil Allahitu sama dengan yang
baru.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ
شَيْءٌ
Tiada yang serupa dengan Dia sesuatu pun.
[Asy Syura (42) :
11]
Tuhan haruslah berbeda dengan alam semesta. Tidak mungkin Tuhan
itu sama dengan ciptaan-Nya. Allah Mahakuasa, sedang makhluk adalah lemah, namun
Allah yang memberi mereka kekuasaan.
Tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. [QS. Al-Ikhlash
(112): 4]
Tiada yang serupa dengan Dia sesuatu pun. [QS. Asy-Syura (42):
11]
Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat
kepada yang tiada berdaya. [Yesaya 40: 29]
Siapakah seperti Aku? [Yesaya 44:7]
Dengan mempelajari sifat Allah, maka kita akan melihat betapa
Kuasa Allah dan betapa lemahnya manusia. Kita akan melihat bahwa Allah memang
berbeda dengan makhluqnya.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk
bertasbih kepada AllahTa’ala.
قِيَامُهُ
تَعَالَى
بِنَفْسِهِ Qiyamuhu Ta’ala
bi Nafsihi (Berdiri AllahTa’ala dengan
DiriNya Sendiri). Mustahil Allahtidak berdiri dengan
SendiriNya.
إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya AllahTa’ala Yang kaya dari pada alam semesta. [Al Ankabut
(29) : 6]
Tuhan tidak butuh kepada yang lain. Tuhan tidak butuh makan,
tidak lapar, tidak haus, tidak butuh air, tidak butuh udara, tidak butuh alam
semesta. Ketakwaan dan kejahatan kita tidak berpengaruh
kepada Kekuasaan dan Kerajaan Allah.
Sesungguhnya Allah Yang Kaya tidak butuh kepada alam semesta. [QS.
Al-Ankabut (29): 6]
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. [QS.
Al-Ikhlash (112) : 2]
Maka tidak pantas jika kita menyembah sesuatu yang faqir. Tidak
pantas kita menyembah sesuatu yang membutuhkan makanan dari Allah.
Pada pagi hari dalam perjalanannya ke kota, Yesus merasa lapar.
Dekat jalan ia melihat pohon Ara, lalu pergi ke situ, tetapi ia tidak menemukan
apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. [Matius 21: 18-19]
Ayat Alkitab di atas menunjukkan bahwa Isa itu hanyalah manusia
biasa yang merasakan lapar, dan beliau tidak tahu, kapan musim buah Ara. Faqir
(membutuhkan sesuatu yang selain dirinya) dan tidak tahu bukanlah sifat
Tuhan.
Allah Ada tanpa diciptakan. Tidak ada Tuhan selain
Allah. Allah Yang Menciptakan alam semesta. Allah tidak
membutuhkan makhluq. Tetapi makhluq membutuhkan Allah. Allah adalah Yang Kaya,
sedang kita adalah faqir. Ketaqwaan dan kejahatan kita tidak berpengaruh atas
Kekuasaan Allah. Sedangkan makhluq ada dengan diadakan.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk mengutarakan
keperluannya hanya kepada Allahsaja.
وَحْدَانِيَة Wahdaniyah (Esa
DzatNya dan Esa SifatNya dan Esa PerbuatanNya). Mustahil berbilang DzatNya atau SifatNya atau
PerbuatanNya.
قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ
(Katakanlah wahai Muhammad) :
Allahitu Esa. [Al Ikhlash
(112) : 1]
Tuhan itu esa, tunggal. Tidak mungkin Tuhan
itu berbilang atau terpisah-pisah. Tidak mungkin
sebagian dari Tuhan ada di sorga dan sebagian lagi ada di bumi.
Yesus menjawab, “Hukum yang terutama adalah
‘Dengarlah wahai orang Israel, TUHAN Allah kita, TUHAN itu Esa.’” [Markus 12 :
29]
Sepanjang Perjanjian Baru, Yesus selalu berkata
bahwa Tuhan itu Tunggal, tidak pernah Yesus berkata bahwa Tuhan itu Tritunggal.
Bahkan dalam Perjanjian Lama pun, orang-orang Yahudi itu percaya bahwa Tuhan itu
Tunggal, bukan Tritunggal
Dzat, Sifat dan Perbuatan Allah adalah Esa.
Tidak terpisah-pisah.
Al Qur`an adalah
Allah. Al Qur`an itu Kalamullah. Kalamullah adalah Qidam. Qidam adalah Allah.
Allah adalah Qidam. Yang selain Allah adalah huduts (terkemudian). Alim
(Mengetahui) adalah Allah. Bashir (Melihat) adalah Allah. Semua Sifat dan
Perbuatan, serta Dzat Allah adalah Tunggal. Berbeda dengan makhluq. Tubuh
manusia diciptakan. Pendengaran manusia diciptakan. Penglihatan manusia
diciptakan. Manusia mendengar dengan disampaikan suara kepada
manusia tersebut oleh Allah. Perbuatan melihat yang dipunyai manusia diciptakan
oleh Allah. Segala sifat manusia seperti bisa mendengar, bisa melihat, bisa
berbicara, itu semua ciptaan Allah (makhluq). Segala perbuatan manusia seperti
mendengar, melihat berbicara, berjalan, berdiri, beribadah, semua itu diciptakan
Allah. Segala goresan hati manusia, kehendaknya, rencananya adalah makhluq
(diciptakan oleh Allah). Bumi diciptakan oleh Allah. Diputar oleh Allah. Dilipat
oleh Allah. Rumah diciptakan oleh Allah. Ditahan dan diruntuhkan oleh Allah.
Semua ciptaan (makhluq) tentu diciptakan, dan Pencipta (Al Khaliq) hanyalah
Allah. Tiada Tuhan selain Allah Yang Menciptakan alam
semesta.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk ingat kepada
Perbuatan Allah atas tiap
kejadian.
Sifat Ma'ani
قُدْرَة Qudrah (Mahakuasa) Mustahil Allah lemah.
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sesungguhnya Allah
berkuasa atas
segala sesuatu. [QS. Al-Baqarah (2):
20]
Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala
sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan. [QS. Ya Sin (36): 83]
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada
mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda
(mu`jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk
burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin
Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang
berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku
kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku)
bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” [Q.S. Ali 'Imran: 49]
Pekerjaan-pekerjaan yang kulakukan dengan nama Bapa, itulah
yang memberikan kesaksian tentang aku (bahwa aku adalah seorang rasul). [Yohanes
10:25]
Dan Ia (ALLAH) telah memberikan kuasa kepadanya (kepada Yesus)
[Yoh. 5:27]
Yesus berkata: Anak tidak mengerjakan sesuatu dari
dirinya sendiri. Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki Bapa. [Yoh. 5:
19, 21]
Yesus berkata: Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari
diriku sendiri. [Yoh. 5: 30]
Yesus berkata: “Kepadaku telah
diberikan segala kuasa…” [Mat. 28:18]
Lalu Yesus masuk ke Bait
Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua
bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan
hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Jawab Yesus
kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau
kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa
manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga
atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata:
"Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu,
mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari
manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes
ini nabi." Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesus pun berkata
kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa
manakah Aku melakukan hal-hal itu." [Matius 21: 23-27]
Dalam Al-Qur`an dan
Alkitab dijelaskan bahwa kuasa Yesus adalah berasal dari ALLAH, bukan dari
dirinya sendiri.
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa makhluq
diciptakan oleh Allah. Begitu pula perbuatannya serta sifatnya. Allah Berkuasa
atas makhluq. Sifat dan perbuatan dari suatu makhluq adalah makhluq. Sedangkan
makhluq tidak berkuasa. Makhluq tidak bisa bergerak untuk beribadah atau pun
menghindari ma’siat. Sifatnya lemah, lumpuh, tidak bisa berbuat apa-apa, maka
makhluq tidak kuasa berbuat apa-apa. Yang Berbuat hanyalah Allah. Allah Yang
Membolak-Balikkan hati. Tetapi ingat, Allah Maha Tahu, Maha Adil, Maha Bjaksana
dan Mengetahui Hikmah (Al Hakam). Sedangkan manusia sangat bodoh dan zhalim. Apa
yang diketahui manusia sangat sedikit jika dibandingkan dengan apa yang tidak
diketahui oleh manusia. Maka tidak pantas manusia menyombongkan dirinya yang
lemah. Sungguh tiada daya untuk menghindari kejahatan dan
tiada kekuatan untuk berbuat kebajikan kecuali dengan Kasih-Sayang dan Kuasa
Allah.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk tawadhu`,
tidak takabbur, dan banyak takut kepada Allah Ta’ala.
إِرَادَة Iradah
(Mahaberkehendak). Mustahil
Allah tidak memiliki kehendak.
فَعَّالٌ
لِمَا يُرِيدُ
Allah berbuat
seperti apa yang
Dia Kehendaki. [Al Buruj (85) : 16]
Yesus berkata: “Aku tidak menuruti kehendakku sendiri, akan
tetapi aku menuruti kehendak Dia yang mengutus aku.” [Yohanes 5:30]
Aku datang bukan atas kehendakku sendiri, akan tetapi atas
kehendak Dia yang mengutus aku. [Yoh. 8:42]
Maka jelaslah bahwa Yesus dikuasai oleh kehendak dan kuasa
ALLAH. Yesus tidak berkuasa atas dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Tuhan
dikuasai? Maka Yesus bukanlah Allah, dia bukanlah Tuhan. Yesus hanyalah utusan
Tuhan.
Tuhan itu Mahaberkehendak dan berbuat seperti apa yang dia
kehendaki, bukan seperti yang dikehendaki oleh pihak lain. Apa yang dikehendaki oleh Allah
pasti terjadi. Apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak terjadi (tidak
ada). Jika Ia Menghendaki sesuatu, maka ia cukup
berfirman, “Kun (Jadi)”, maka terjadilah (lihat Yaa Siin ayat 82). Dan Allah
adalah Yang Baik. Yang dikehendaki oleh Allah adalah kebaikan. Tetapi kebodohan
manusia tidak dapat menembus Hikmah Al Hakam.
Setiap peristiwa itu berhubungan dengan waktu.
Jika Allah Berkalam, “Kun” pada setiap peristiwa dan
waktu berarti Allah terperangkap pada waktu? Tidak, tidak demikian. Allah
Berkalam, “Kun” dan semua peristiwa dari awal hingga akhir di alam semesta
tercipta. Tetapi manusia merasakan tiap frame dari kehidupan secara bergantian
sehingga mereka merasa bahwa waktu itu ada. Padahal waktu, sebagaimana materi,
hanyalah imajinasi.
Anda mungkin pernah bermimpi yang mana dalam mimpi
tersebut Anda merasa menjalaninya dengan sangat lama. Tetapi sewaktu Anda
terbangun, ternyata Anda hanya tertidur selama beberapa puluh menit. Apa yang
Anda rasakan sebagai waktu ternyata hanyalah imajinasi.
Dalam surat Al-Hajj ayat
14, Allah menjelaskan bahwa yang memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal
shalih adalah Allah. Begitulah Allah berbuat apa-apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Allah
memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam
surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat
apa yang Dia kehendaki. [QS. Al-Hajj (22): 14]
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk bersyukur
kepada Allah Ta’ala atas
tiap ni’mat dan bershabar atas tiap mushibah.
عِلْمٌ ‘Ilmun (Tahu)
Mustahil Allah jahil
(bodoh).
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم
Dan Allah
dengan tiap sesuatu adalah Maha Mengetahui. [Al
Hujurat (49) : 16]
Lihat pula 2:29,231,282;
6:115; 9:115; 57:3.
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang saat itu (hari akhir), kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga)
dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya
(ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut
kepadanya (kepada saat itu, hari berbangkit). Pada hari mereka melihat hari
berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan
(sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. [QS. An-Nazi'at (79): 42-46]
Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun
yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan anak pun tidak, hanya Bapa
sendiri. [Matius 24:36]
Allah Mengetahui segala
sesuatu, walupun sesuatu itu -menurut kita- belum terjadi. Allah Mengetahui apa
yang tersembunyi dan apa yang tersingkap.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk takut berbuat
ma’siat kepada Allah , sebab
Allah Ta’ala Maha Mengetahui atas tiap
perbuatan kita.
حَيَاةٌ Hayah (Hidup) Mustahil Allah mati.
وَتَوَكَّلْ عَلَى
الْحَيِّ الَّذِي لا
يَمُوتُ
Dan
serahkan dirimu (tawakkal) kepada Yang Hidup Dzat Yang tidak
mati. [Al Furqan (25) : 58]
Lihat juga 2:255;3:2
Tuhan itu Hidup. Hidup Tuhan tidak berasal dari siapa pun,
melainkan Tuhan Hidup dengan Sendiri-Nya. Dan mustahil Tuhan
itu mati. Sedangkan kehidupan makhluq berasal dari Allah.
Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam
Diri-Nya, demikian juga diberikan-Nya anak mempunyai hidup dalam dirinya.
[Yoh. 5:26]
Allah tidak mungkin
mati. Tetapi kita pasti mati. Tiada Yang Kuasa selain Allah. Dan sesungguhnya
termasuk ujian yang sangat berat adalah maut. Kita tidak ada, lalu diadakan,
maka kepada Allah tempat kita kembali.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk bertawakkal
(berserah diri) kepada Allah
Ta’ala.
سَمْعٌ Sama’
(Mendengar). Mustahil
Allah tuli.
وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan Allah
Ta’ala Mahamendengar lagi Mahamengetahui.
[Al Baqarah (2) : 256]
Allah Mahamendengar. Dia mendengar dan
mengabulkan doa yang ditujukan kepadaNya. Adapun mengenai pengabulan doa,
adakalanya Allah kabulkan seperti apa yang kita kehendaki, adakalanya Allah
kabulkan seperti apa yang Allah kehendaki, dan itu baik bagi si pendoa, dan
adakalanya Allah tangguhkan doanya itu dan diganti dengan yang lebih baik di
akhirat kelak. Jadi doa itu bukanlah untuk meminta apa
yang kita kehendaki. Tetapi untuk menyampaikan keinginan kita. Dan Allah
menyukai hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. Dengan kesukaan-Nya itu, maka Allah
berikan yang terbaik bagi si hamba. Jika apa yang dikehendaki si hamba itu
memang baik, maka Allah kabulkanlah seperti yang dikehendaki. Jika yang
dikehendaki si hamba itu berakibat buruk, atau kurang baik, maka Allah berikan
yang lebih baik dari apa yang dikehendaki si hamba. Dan jika dikabulkan di dunia
ini seperti yang diinginkan si hamba itu buruk, maka Allah menangguhkannya dan
menggantinya dengan yang lebih baik, yaitu dengan ampunan dan kasih-sayang-Nya
di akhirat kelak. Tetapi ada kalanya, seseorang itu berdoa, dan itu dapat
berakibat buruk baginya, lalu Allah mengabulkannya sehingga ia semakin jauh dari
Allah. Maka yang demikian itu adalah istidraj. Allah membiarkan dia terlena
dalam keni’matan, sehingga di hari kiamat, Allah dapat menyiksanya dengan siksa
yang pedih diakibatkan kekufurannya.
Dan Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui [QS.
Al-Baqarah (2): 256]
Yesus berdoa: “Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari padaku, tetapi janganlah seperti yang kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” [Mat. 26:39]
Bahkan Yesus berdoa semalaman dengan penuh
kesungguhan agar diselamatkan dari penyaliban. Dan dia menyerahkan kepada Allah,
apa yang terbaik baginya. Sebab Allah Mahamengetahui apa yang terbaik bagi
hamba-Nya yang Dia sayangi. Dari sini, apakah Anda mau berkata bahwa Yesus
bersedia disalib? Tidak, Yesus tidak bersedia disalib. Tidak ada yang namanya
‘penyelamatan melalui penyaliban Yesus’. Yesus diutus bukan untuk disalib,
tetapi untuk menyelamatkan Israel dari kebinasaan dengan mengajarkan aqidah dan
cara hidup (syariat) yang diridhoi Tuhan. Penyaliban Yesus bukanlah perintah
Tuhan. Jika itu perintah Tuhan, mengapa Yesus enggan disalib. Sedangkan Abraham
dan anaknya pun bersedia menjalankan perintah Tuhan. Penyaliban Yesus itu adalah
buah kedengkian imam-imam Yahudi. Supaya tidak dipersalahkan, mereka buatlah
doktrin yang aneh ini melalui mulut Paulus yang penuh dengan dusta.
Allah Mahamendengar segala perkataan kita. Bahkan
apa yang kita ucapkan dalam hati. Allah Mahamendengar atas segala ucapan yang
baik dan yang buruk.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk tidak berkata
yang haram, sebab Allah Mahamendengar
atas segala perkataan.
بَصَرٌ Bashar
(Melihat). Mustahil
Allah buta.
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan
Allah Ta’ala
Maha Mengetahui apa
yang kamu perbuat. [Al Hujurat (49) : 18]
Maka patut bagi mu`min mu’taqad bahwa
ia tiada membuat ma’siat, sebab Allah
Ta’ala
Maha Melihat segala
perbuatan.
كَلامٌ Kalam (Berkata/Berfirman). Mustahil Allah
bersifat kelu
(bisu).
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
Dan
berkata Allah Ta’ala
kepada Musa dengan
sempurna/sebenar-benarnya Berkata.
[An Nisa` (4) :
164]
Segala sesuatu dijadikan oleh Allah dengan
kalam-Nya, “Kun” (jadilah), maka jadilah segala sesuatu. Dengan Asma-Nya segala
sesuatu itu terjadi, dengan Asma-Nya segala sesuatu bermula, dan kepada-Nya
segala sesuatu kembali.
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia
menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah
ia. [QS. Al-Mu`min (40): 68]
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. [QS. Ya Sin
(36): 82]
Oleh Firman Tuhan langit dijadikan, oleh nafas dari
mulut-Nya segala tentara-Nya. [Mazmur 33:6]
Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi, Dia
memberi perintah, maka semuanya ada. [Mazmur 33:9]
Berfirmanlah Allah: “Jadilah…” [Kej.
1:3,6,9,11,14,20,24,26]
Maka
patut
bagi mu`min mu’taqad untuk banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan pengharapan Asma
Allah
قَادِرٌ Qadiran (Yang Menguasai) Mustahil ﷲﭐDzat yang
lemah.
Dalilnya yaitu dalil
sifat Qudrah.
Rasulullah sholallohu
‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda yang artinya, “Demi Dzat Yang tiada Tuhan
selain Dia. Sesungguhnya salah seorang (diantara) kamu telah melakukan amalan
penghuni surga. Namun ketika perjalanannya tinggal sehasta lagi, karena
ketentuan taqdir bisa jadi dia berbalik melakukan amalan penghuni neraka (su`ul
khatimah). Sebaliknya salah seorang (diantara) kamu telah melakukan amalan
penghuni neraka. Namun ketika perjalanannya tinggal sehasta lagi, karena
ketentuan taqdir bisa jadi dia berbalik melakukan amalan penghuni surga (husnul
khatimah), sehingga ia bisa masuk ke dalamnya.”
Rasulullah SAAW juga
bersabda yang artinya, “Setiap orang dari kalian, atau setiap jiwa yang
bernafas, oleh Allah telah ditentukan tempatnya di surga atau di neraka. Bahkan
oleh Allah juga sudah ditentukan apakah dia sebagai orang yang celaka atau orang
yang bahagia.” Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah
tidak sebaiknya kita menunggu ketentuan tqdir kita, dan tidak usah beramal?”
Rasulullah SAAW bersabda, “Siapa yang termasuk golongan bahagia, dia pasti akan
mengarah pada amalnya orang-orang golongan bahagia. Dan Siapa yang termasuk
golongan celaka, dia juga pasti akan mengarah pada amalnya orang-orang golongan
celaka. Beramallah! Setiap kamu dipermudah. Orang-orang golongan bahagia, mereka
akan dipermudah untuk melakukan amalnya orang-orang golongan bahagia. Adapun
orang-orang golongan celaka, mereka juga akan dipermudah untuk melakukan amalnya
orang-orang golongan celaka.”
Lalu beliau membaca
surat Al Lail ayat 5-10
“Adapun orang-orang yang memberikan (hartanya di
jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya balasan yang terbaik, maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan
adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup (kaya/tidak faqir/tidak
membutuhkan Allah atau siapapun), serta mendustakan pahala yang terbaik, maka
kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.”
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk
banyak takut kepada ﷲﭐTa’ala Yang
Maha Kuasa.Yang Telah Memberi banyak kebajikan.
مُرِيْدٌ Muridan (Yang Berkehendak/Yang
Menentukan).
Mustahil
ﷲﭐtidak Menentukan apalagi
diatur/ditentukan.
Dalilnya yaitu dalil
sifat Iradah.
Bersumber dari Abdullah
bin Mas’ud, dia berkata:
Ummu Habibah pernah
berdo’a, “Ya Allah, panjangkanlah usia suamiku Rasulullah SAW, juga ayahku Abu
Sufyan, dan saudaraku Mu’awiyah.” Rasulullah SAW lalu bersabda kepada isterinya
itu, “Itu artinya kamu memohon kepada Allah ajal-ajal yang sudah dibuat,
sejarah-sejarah yang sudah ditentukan, dan rizki-rizki yang sudah dibagi.
Sedikitpun daripadanya tidak akan dimajukan atau ditangguhkan dari waktunya.
Sekiranya kamu memohon kepada Allah agar Dia berkenan melindungimu dari siksa
neraka dan siksa kubur, niscaya hal itu lebih baik bagimu.” (HR. Muslim)
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk berdoa kepada
ﷲﭐTa’ala atas
kebajikan dunia dan akhirat, serta memohon agar dihindari dari keburukan di
dunia dan di akhirat..
عَالِمٌ ‘Alimun (Yang Mengetahui) Mustahil ﷲﭐDzat Yang
jahil (bodoh)
Dalilnya yaitu dalil
sifat ‘Ilmu.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk senantiasa
minta pertolongan kepada ﷲﭐTa’ala di dalam
setiap hal dan minta agar dipelihara dari setiap kejahatan dunia dan
akhirat.
حَيٌّ Hayyun (Yang Hidup) Mustahil ﷲﭐDzat Yang
mati.
Dalilnya yaitu dalil sifat Hayah. Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk banyak bertawakkal (berserah diri dalam segala hal) kepada
ﷲﭐTa’ala.
سَمِيْعٌ Sami’un (Yang
Mendengar). Mustahil
ﷲﭐtuli, tidak
mendengarkan..
Dalilnya yaitu dalil
sifat Sama’.
“Sesungguhnya Aku (berbuat) seperti yang disangka
oleh hambaKu. Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia mengingatKu di dalam
hatinya, maka Aku akan Mengingatnya di dalam HatiKu. Jika ia mengingatKu di
suatu kumpulan orang, maka Aku akan Mengingatnya di dalam jama’ah yang lebih
baik (Allah menceritakan/membanggakan manusia yang berdzikir dan berdo’a di
hadapan malaikat). Jika ia mendekati Aku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya
sehasta. Jika ia mendekati Aku sehasta, maka akau akan mendekat padanya sedepa.
Jika ia mendekat padaKu sambil berjalan. Maka Aku Mendekat kepadanya dengan
bergegas. Sesungguhnya hisabKu sangat cepat.” (Hadits Qudsi)
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk senantiasa
memberi pujian kepada ﷲﭐTa’ala dan
banyak berdo’a kepadaNya. (Dan berprasangka baik)
بَصِيْرٌ Bashiran (Yang
Melihat). Mustahil
ﷲﭐYang buta (Yang
tidak melihat).
Dalilnya yaitu dalil sifat Bashar. Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk senantiasa banyak malunya kepada
ﷲﭐTa’ala Yang
Melihatnya ketika ia berbuat dosa atau meninggalkan yang
fardhu..
مُتَكَلِّمٌ Mutakalliman (Yang Berkata/Berfirman). Mustahil ﷲﭐDzat Yang tidak
berkata/bisu.
Dalilnya yaitu dalil
sifat Kalam.
Sebagaiman telah
dikatakan, bahwa Al Qur`an itu adalah Kalamullah. Kalamullah adalah Qadim.
Sewaktu kita membaca Al Qur`an berarti kita sedang mengucapkan apa yang
dikatakan Allah. Maka siapa yang mendengar Al Qur`an hendaknya ia mengucapkan,
“Allah”; agar ia ingat bahwa Al Qur`an adalah Kalam Allah, Rabbul ‘alamin.
Rasulullah SAAW bersabda, “Barangsiapa ingin berdialog dengan Allah, maka
bacalah Al Qur`an.”
Maka patut bagi mu`min
mu’taqad untuk senantiasa banyak membaca Qur`an dengan khusyu’, hormat dan penuh
ta’zhim dengan tajwid (tartil) dan bukan dengan adu baca qira`ah.
Pembagian Sifat الله dan Pemahamannya
Sifat Nafsiyah yaitu hal yang
wajib bagi Dzat selama Dzat bersifat wujud (ada) tidak disebabkan suatu sebab.
Yang termasuk sifat nafsiyah adalah sifat وُجُودٌ
Sifat Salbiyah/Penolakan yaitu sifat yang seakan-akan menafi`kan sifat/sesuatu yang tidak layak pada الله ‘Azza wa Jalla.
Sifat ini mensucikan الله dari sifat-sifat yang tidak pantas bagi الله Dzat Yang
Sempurna.
Yang termasuk sifat salbiyah adalah sifat:
قِدَمٌ -
بَقَاءٌ -
مُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ- قِيَامُهُ تَعَالَى بِنَفْسِهِ- وَحْدَانِيَة
Sifat Ma’any yaitu setiap Sifat Yang Ada pada Dzat Yang Mewajibkan Dzat Bersifat Ma’nawiyah.
Yang termasuk
sifat ma’any yaitu:
كَلامٌ -بَصَرٌ -سَمْعٌ -حَيَاةٌ -عِلْمٌ -إِرَادَة -قُدْرَة
Sifat Ma’nawiyah yaitu hal yang tetap bagi Dzat dikarenakan Dzat Bersifat Ma’ani. Jadi kedua
sifat ini saling memerlukan (berhubungan).
Yang termasuk sifat ma’nawiyah yaitu:
مُتَكَلِّمٌ -بَصِيْرٌ -سَمِيْعٌ -حَيٌّ -عَالِمٌ -مُرِيْدٌ -قَادِرٌ
Kemudian
adapun yang
harus pada
الله adalah satu, yaitu melakukan segala yang mungkin atau meninggalkannya.
Wajib pula
bagi tiap mukallaf mengi’tiqadkan dengan 9 I’tiqad lagi.
1.
Mustahil pada الله Ta’ala kewajiban atasNya membuat segala yang mungkin atau meninggalkannya; yaitu lawan dari yang harus (jaiz) pada الله Ta’ala.
2.
Maha Suci الله daripada mengambil faidah dari segala perbuatanNya atau dari hukumNya.
3.
Mustahil pada الله mengambil faidah dari segala perbuatanNya atau dari hukumNya.
4.
Wajib bagi segala mungkin bahwa ia tiada
memberi bekas/pengaruh dengan kekuatannya.
5.
Mustahil bagi segala mungkin bahwa ia memberi bekas/pengaruh dengan kekuatannya.
6.
Wajib I’tiqad bahwa “alam semesta adalah huduts (baharu)”
7.
Mustahil alam semesta itu qadim (terdahulu).
8.
Wajib
bagi segala yang mungkin tiada memberi bekas dengan
tabiatnya.
9.
Mustahil
bagi segala mungkin memberi bekas dengan tabiatnya.
Demikianlah
‘aqaid 50 yang merupakan ma’na LAA ILAAHA ILLALLAAH. Sebab ma’na LAA ILAAHA
ialah Tiada Yang disembah dengan haqq (sebenarnya). Dan Yang
disembah dengan sebenarnya adalah Yang Kaya (Yang Tidak Membutuhkan)
dari yang selainNya, dan faqir (membutuhkan) kepadaNya yang
selainNya. Nyatalah Kekayaan الله ‘Azza wa Jalla
dari yang selainNya, dan faqir kepadaNya yang selainNya (buktinya adalah 50
‘aqaid yang telah tersebut).
A.
Yang menyatakan “الله Yang Kaya dari setiap yang selainNya”, yaitu 14 ‘aqaid di bawah dengan lawannya.
1. وُجُودٌ
2. قِدَمٌ
3. بَقَاءٌ
4. مُخَالَفَةُلِلْحَوَادِثِ
5. قيامه
تعالى بنفسه
6. سَمْعٌ
7. بَصَرٌ
8. كَلامٌ
9. سَمِيْعٌ
10.
بَصِيْرٌ
11.
مُتَكَلِّمٌ
12.
Mustahil (pada
الله ) kewajiban
atasNya membuat segala yang mungkin atau meninggalkannya.
13.
Maha Suci
الله dari Mengambil
faidah
14.
(Wajib) segala
yang mungkin tiada memberi bekas dengan
kekuatannya.
B.
Yang menyatakan
“Berkehendak kepadaNya tiap-tiap yang selainNya”, yaitu 11 ‘aqaid di bawah
dengan lawannya.
1. وَحْدَانِيَة
2. قُدْرَة
3. إِرَادَة
4. عِلْمٌ
5. حَيَاةٌ
6. قَادِرٌ
7. مُرِيْدٌ
8. عَالِمٌ
9. حَيٌّ
10.
(Wajib)
alam semesta itu baharu.
11.
(Wajib) yang
selainNya tiada memberi bekas dengan tabiatnya.
Kemudian di
bawah ini adalah shifat-shifat yang wajib dan yang mustahil bagi para Rasul
Shalawatullah ‘alaihim wasalamuhu Ta’ala.
1.
Shiddiq
(benar), mustahil kadzib (dusta).
2. Amanah (dapat
dipercaya), mustahil khianat.
3. Tabligh (menyampaikan), mustahil katiman (menyembunyikan).
4.
Fathanah
(sempurna pengertiannya/cerdas), mustahil baladah
(dungu).
Adapun yang
harus (jaiz) bagi para Rasul adalah satu, yaitu tubuhnya berperangi seperti
manusia biasa. Contohnya makan, minum, tidur dan bangun,
sakit.
Mustahil mereka
menjadi kekurangan (tidak seperti
manusia normal) seperti sakit gila.
Demikianlah
‘aqaid 60
Komentar
Posting Komentar