Ma'rifat
MAKRIFAT
DAN MAKRIFATULLAH
A. MAKRIFAT
Makrifat adalah suatu topik yang sangat
sukar untuk difahami, banyak orang tidak mengerti tetapi beranggapan faham,.
mereka beranggapan ilmu makrifat itu adalah Makrifat Ilmu.
Ilmu tidak sedikitpun menyentuh Makrifat,
kerana apa,… kerana ilmu adalah yang berkaitan dengan alam. Alam yang dijadikan Tuhan dan alam bukan
Tuhan . Sedangkan Makrifat adalah yang bersangkutan dengan Dzat Allah Yang
Mutlak , yaitu Tuhan Semesta Alam. Sungguh jauh perbedaannya, contohnya orang
yang mempunyai ilmu tentang kereta, ia sangat faham tentang kereta,..tetapi
malangnya dia sendiri tidak ada kereta, hendak pergi ke mana-mana pun terpaksa
sewa taksi atau bus. Beginikah yang dikatakan makrifat? Tentu tidak.
Makrifat adalah berkaitan dengan
pengalaman , hal, dzauk, tetapi bukan yang berkaitan dengan
ilmu. Seseorang yang bermakrifat, yang sungguh-sungguh dalam
makrifatnya kepada Allah, bukan sekadar teori semata, tetapi telah benar-benar
meresapi makrifat itu, malahan telah menjadi SATU dalam pandangan Tauhid. Maka,
jika mereka mati, sesungguhnya mereka tidak mati, tetapi mereka hidup di
sisi Allah dan mendapat rahmat-Nya.
Allah mengharamkan cacing-cacing dan
ulat-ulat tanah memakan jasadnya yang telah dikuburkan itu. Walaupun telah
dikuburkan beratus-ratus tahun, jasadnya masih tetap tidak binasa,
malahan masih seperti baru dikebumikan. Segar tidak hancur dan tidak mengalami
perubahan, kelihatan seperti orang yang dilamun mimpi indah dalam
tidur. Sebahagiannya yang lain mendapat Rahmat Tuhan, dengan apa yang
disebut “terbang burung terbang sangkar”, jasad dan ruh mereka kembali kepada
Tuhan yang dikasihinya.
B. MAKRIFATULLAH
Makrifatullah yaitu mengenal Allah SWT,
pada Zat-nya, pada Sifat-nya, pada Asma-nya dan pada Af’al-nya.
Selain itu, mengenal Allah juga bisa
lewat pengenalan diri si hamba. Dari mana, siapa dan untuk apa ia
dijadikan.Tidak sah salat seseorang
tanpa mengenal Allah lebih dahulu karena ia tidak tahu siapa yang
disembah dan untuk apa ia menyembah.
Ketika hamba diciptakan kemudian
ditiupkan roh ke dalam dirinya, allah berfirman :.
ALASTU BIRAB BIKUM QOLU BALA SYAHIDNA
Artinya: Bukankah aku ini Tuhanmu ?
Betul engkau Tuhan kami,kami
menjadi saksi.(QS.AL-ARAF 7:172)
AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU Artinya: Manusia itu RahasiaKu dan
akulah Rahasianya.
WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN Artinya: Di dalam dirimu mengapa kamu
tidak melihat.
ANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya: Aku lebih dekat dari urat
nadi lehermu.
LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH Artinya: Aku tidak akan menyembah Allah
apabila aku tidak melihatnya terlebih dahulu.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Pada malam Ghaibul Ghaib
yaitu dalam keadaan antah-berantah hanya Dzat semata. Belum ada awal dan belum
ada akhir, belum ada bulan dan belum ada matahari, belum ada bintang belum ada
sesuatu pun. Malahan belum ada Tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan
ini, Diri yang punya Dzat tersebut telah mentajalikan diri-Nya untuk memuji
diri-Nya. Lantas tajalilah Nur Allah dan kemudian tajali pula Nur
Muhammad (Insan Kamil), yang pada peringkat ini dinamakan Anta Ana, (Kamu, Aku)
, (Aku,Kamu), Ana Anta. Maka yang punya Dzat bertanya kepada Nur Muhammad dan
sekalian Roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba. Lantas ditanyakan
kepada Nur Muhammad, Aku ini Tuhanmu ? Maka dijawablah Nur Muhammad yang
mewakili seluruh Roh, Ya…Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas
diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Araf 7:172:
ALASTU BIRAB BIKUM, QOOLU
BALA
SYAHIDNA.
Artinya : Bukan aku ini Tuhanmu? Betul engkau Tuhan kami, Kami menjadi
Saksi.
Selepas pengakuan atau
persumpahan Roh itu dilaksankan, maka bermulalah era baru di dalam
perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam Hadits Qudsi yang artinya:“Aku
suka mengenal diriku, lalu aku jadikan mahkluk ini dan akuperkenalkan diriku.
Apa yang dimaksud dengan mahkluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh
kejadian alam maya ini dijadikan daripada Nur Muhammad Tujuan yang punya Dzat
mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri dengan
diri rahasia-Nya sendiri. Maka diri rahasia-Nya itu adalah ditanggung dan
diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri
bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia, atau Rohani. Firman Allah
dalam hadis Qudsi:
AL-INSAANU SIRRII WA-ANA SIRRUHU Artinya : Manusia itu RahasiaKu dan
Akulah yang menjadi Rahasianya.
Jadi yang dinamakan manusia itu ialah
karena ia mengenal Rahasia. Dengan perkataan lain manusia itu mengandung Rahasia
Allah. Karena manusia menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha
mengenal dirinya, dan dengan mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal
Tuhannya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada Yang Punya
Diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu tatkala berpisah Roh
dengan jasad. (Tambahan Hajrikhusyuk: kembali kepada Allah harus selalu
dilakukan semasa hidup, masih berjasad, contohnya dengan solat, kerana solat
adalahmikraj orang mukmin atau dengan ‘mati sebelum mati’). Firman Allah
An-Nisa 4:58:
INNALLAHA YAK MARUKUM ANTU ABDUL AMANATI ILAAHLIHA. Artinya:
Sesunggunya Allah memerintahkan kamu supaya memulangkan amanah kepada yang
berhak menerimanya. (Allah).
Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam Hadits Qudsi
:
MAN ARAFA NAFSAHU,FAQAD ARAFA RABBAHU. Artinya : Barang siapa mengenal
dirinyaBmaka ia akan mengenal Tuhannya. Dalam menawarkan tugas yang sangat
berat ini, pernah ditawarkan Rahasia-nya itu kepada Langit, Bumi dan
Gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya. Seperti firman
Allah SWT Al Ahzab 33:72.
INNA ‘ARAT NAL AMATA, ALAS SAMAWATI WAL ARDI WAL JIBAL FA ABAINA ANYAH
MILNAHA WA AS FAKNA MINHA,WAHAMA LAHAL INSANNU.
Artinya : Sesungguhnya kami
telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi
mereka enggan memikulnya dan merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia
yang sanggup menerimanya.
Oleh karena amanat (Rahasia
Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk
menunaikan janjinya. Dengan kata lain, tugas manusia adalah menjaga hubungannya
dengan yang punya Rahasia. Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia
(diri Batin/Roh).Untuk tujan inilah maka Adam dilahirkan untuk bagi
memperbanyak diri, diri penanggung Rahasia dan berkembang dari satu abad
ke satu abad, diri satu generasi ke satu generasi yang lain sampai alam
ini mengalami
KIAMAT DAN RAHASIA
ITU KEMBALI KEPADA ALLAH.
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUN. Artinya : Kita berasal dari Allah,
dan kembali kepada Allah.
C. PEMBAGIAN MAKRIFAT
Ada pun makrifat itu ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh
kerana itulah makrifat dimulakan:-
1.
Makrifat diri yang zahir.
2.
Makrifat diri yang bathin.
3.
Makrifat Tuhan.
D. APA GUNA MAKRIFAT?
Ada pun guna makrifat untuk mencari HAKIKAT yaitu mengenal yang Qadim
dan mengenal yang baru
Sebagaimana
kata:“AWALUDDIN MAKRIFATULLAH”Artinya: Awal agama mengenal Allah.
Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat mengenal yang Qadim dan yang baharu,maka dapatlah membedakan diantara Tuhan dengan hamba.
E. ASAL USUL MAKRIFAT
Rasulullah SAW mengajar
kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali Karamullah mengajar kepada
Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada Habib An Najmi.Habib
An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al
Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari.Sirris Sakatari mengajar
kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi
yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.Maka pancaran makrifat itu dari empat
sumber yaitu:
1. Pancaran daripada sumber
SULUK yang dinamakan Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran daripada sumber
KHALUAT yang dinamakan Makrifat Insaniah.
3.Pancaran daripada Inayah yang dinamakan
ROHANI.
4.Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahasia yang sulit. (Dari buku Mengenal Allah Versi Kaum Sufi oleh Fahrurraji Asmuni,S.Pd.,MM)
4.Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahasia yang sulit. (Dari buku Mengenal Allah Versi Kaum Sufi oleh Fahrurraji Asmuni,S.Pd.,MM)
Komentar
Posting Komentar