Menembus Alam Ruhaniah (Kitab Al Gunyah) karya Syekh Abdul Qadir Jailani
Menembus Alam Ruhaniah (Kitab Al-Ghunyah)

MENEMBUS ALAM RUHANIAH
Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jailani R.A
di dalam kitabnya al-Ghunyah; 1/101, menyebutkan: “Di dalam hati
manusia terdapat dua ajakan: Pertama ajakan malaikat. Ajakan malaikat
itu mengajak kepada kebaikan dan membenarkan kepada yang benar (haq);
dan kedua, ajakan musuh. Ajakan musuh itu mengajak kepada kejahatan,
mengingkari kebenaran dan melarang kepada kebajikan”. Yang demikian
telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud R.A.
Al-Hasan
al-Bashri R.A berkata: “Sesungguhnya kedua ajakan itu adalah kemauan
yang selalu mengitari hati manusia, kemauan dari Allah dan dari musuh,
hanya dengan sebab Rahmat Allah, seorang hamba mampu mengontrol
kemauan-kemauannya tersebut. Oleh karena itu, apa-apa yang datang dari
Allah hendaknya dipegang oleh manusia dengan erat-erat dan apa yang
datang dari musuh, dilawannya kuat-kuat “.
Mujahid R.A berkata; Firman Allah s.w.t:
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi”. (QS. an-Nas; 114/4)
Bisikan
itu mencengkram hati manusia, apabila manusia berdzikir kepada Allah,
maka setan itu akan melepaskan cengkramannya namun apabila manusia
kembali lupa, maka setan itu akan kembali mencengkram hatinya. Muqotil
R.A berkata: “Dia adalah setan yang berbentuk babi hutan yang mulutnya
selalu menempel di hati manusia, dia masuk melalui jalan darah untuk
menguasai manusia lewat hatinya. Apabila manusia melupakan Allah Ta’ala,
dia menguasai hatinya dan apabila manusia sedang berdzikir kepada Allah
dia melepaskan dan keluar dari jasad manusia itu“.
Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jailani R.A berkata, bahwa di dalam hati ada enam bisikan (khotir): (1) Bisikan nafsu syahwat; (2) Bisikan setan; (3) Bisikan ruh; (4) Bisikan malaikat; (5) Bisikan akal; dan (6) Bisikan keyakinan.
1. Bisikan Nafsu Syahwat
Bisikan nafsu syahwat adalah bisikan yang secara qudroti tercipta untuk memerintah manusia mengerjakan kejelekan dan memperturutkan hawa nafsu.
Bisikan nafsu syahwat adalah bisikan yang secara qudroti tercipta untuk memerintah manusia mengerjakan kejelekan dan memperturutkan hawa nafsu.
2. Bisikan Setan
Bisikan setan itu adalah perintah agar manusia menjadi kafir dan musyrik (menyekutukan Allah), berkeluh-kesah, ragu terhadap janji Allah s.w.t cenderung berbuat maksiat, menunda-nunda taubat dan apa saja yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur baik di dunia maupun di akherat. Ajakan setan ini adalah ajakan paling tercela dari jenis ajakan jelek tersebut.
Bisikan setan itu adalah perintah agar manusia menjadi kafir dan musyrik (menyekutukan Allah), berkeluh-kesah, ragu terhadap janji Allah s.w.t cenderung berbuat maksiat, menunda-nunda taubat dan apa saja yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur baik di dunia maupun di akherat. Ajakan setan ini adalah ajakan paling tercela dari jenis ajakan jelek tersebut.
3. Bisikan Ruh
Bisikan ruh adalah bisikan yang mengajak manusia mengikuti kebenaran dan ketaatan kepada Allah s.w.t dan juga kepada apa saja yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan keselamatan dan kemuliaan manusia, baik di dunia maupun di akherat. Ajakan ini adalah dari jenis ajakan yang baik dan terpuji.
Bisikan ruh adalah bisikan yang mengajak manusia mengikuti kebenaran dan ketaatan kepada Allah s.w.t dan juga kepada apa saja yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan keselamatan dan kemuliaan manusia, baik di dunia maupun di akherat. Ajakan ini adalah dari jenis ajakan yang baik dan terpuji.
4. Bisikan Malaikat
Bisikan malaikat sama seperti bisikan ruh, mengajak manusia mengikuti kebenaran dan ketaatan kepada Allah s.w.t dan segala yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan dan juga kepada apa saja yang menyebabkan keselamatan dan kemuliaan.
Bisikan malaikat sama seperti bisikan ruh, mengajak manusia mengikuti kebenaran dan ketaatan kepada Allah s.w.t dan segala yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan dan juga kepada apa saja yang menyebabkan keselamatan dan kemuliaan.
5. Bisikan Akal
Bisikan akal adalah bisikan yang cenderung mengarahkan pada ajakan bisikan ruh dan malaikat. Dengan bisikan akal tersebut sekali waktu manusia mengikuti nafsu dan setan, maka manusia terjerumus kepada perbuatan maksiat dan mendapatkan dosa. Sekali waktu manusia mengikuti bisikan ruh dan malaikat, maka manusia beramal sholeh dan mendapatkan pahala. Itulah hikmah yang dikehendaki Allah s.w.t terhadap kehidupan manusia. Dengan akalnya, supaya manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan hidup yang dikehendaki namun kemudian manusia juga harus mampu mempertanggungjawabkan atas kesalahan dan kejahatan dengan siksa dan neraka dan menerima balasan dari amal sholeh dengan pahala dan surga.
Bisikan akal adalah bisikan yang cenderung mengarahkan pada ajakan bisikan ruh dan malaikat. Dengan bisikan akal tersebut sekali waktu manusia mengikuti nafsu dan setan, maka manusia terjerumus kepada perbuatan maksiat dan mendapatkan dosa. Sekali waktu manusia mengikuti bisikan ruh dan malaikat, maka manusia beramal sholeh dan mendapatkan pahala. Itulah hikmah yang dikehendaki Allah s.w.t terhadap kehidupan manusia. Dengan akalnya, supaya manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan hidup yang dikehendaki namun kemudian manusia juga harus mampu mempertanggungjawabkan atas kesalahan dan kejahatan dengan siksa dan neraka dan menerima balasan dari amal sholeh dengan pahala dan surga.
6. Bisikan Keyakinan
Bisikan yakin adalah Nur Iman dan buah ilmu dan amal yang datangnya dari Allah s.w.t dan dipilihkan oleh Allah s.w.t. Ia diberikan khusus hanya kepada para kekasih-Nya dari para Nabi, ash-Shiddiq, asy-Shuhada’ dan para Wali-wali-Nya. Bisikan yakin itu berupa ajakan yang selalu terbit dari dalam hati untuk mengikuti kebenaran walau seorang hamba itu sedang dalam lemah wiridnya. Bisikan yakin itu tidak akan sampai kepada siapapun, kecuali terlebih dahulu manusia menguasai tiga hal; (1) Ilmu Laduni; (2) Ahbārul Ghuyūb (khabar dari yang gaib); (3) Asrōrul Umur (rahasia segala urusan).
Bisikan yakin adalah Nur Iman dan buah ilmu dan amal yang datangnya dari Allah s.w.t dan dipilihkan oleh Allah s.w.t. Ia diberikan khusus hanya kepada para kekasih-Nya dari para Nabi, ash-Shiddiq, asy-Shuhada’ dan para Wali-wali-Nya. Bisikan yakin itu berupa ajakan yang selalu terbit dari dalam hati untuk mengikuti kebenaran walau seorang hamba itu sedang dalam lemah wiridnya. Bisikan yakin itu tidak akan sampai kepada siapapun, kecuali terlebih dahulu manusia menguasai tiga hal; (1) Ilmu Laduni; (2) Ahbārul Ghuyūb (khabar dari yang gaib); (3) Asrōrul Umur (rahasia segala urusan).
Bisikan
yakin itu hanya diberikan oleh Allah Ta’ala kepada orang-orang yang
dicintai-Nya, dikehendaki-Nya dan dipilih-Nya. Yaitu orang-orang yang
telah mampu fana di hadapan-Nya. Yang telah mampu gaib dari lahirnya.
Yang telah berhasil memindahkan ibadah lahir menjadi ibadah batin, baik
terhadap ibadah fardhu maupun ibadah sunnah. Orang-orang yang telah
berhasil menjaga batinnya untuk selama-lamanya. Allah s.w.t yang
mentarbiyah mereka. Sebagaimana yang telah dinyatakan dengan firman-Nya:
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِي
“Sesungguhnya
Waliku adalah Allah, dan Dia mentarbiyah (memberikan Walayah) kepada
orang-orang yang sholeh”. (QS. al-A’raaf; 7/196)
Orang
tersebut dipelihara dan dicukupi dengan sebab-sebab yang dapat
menyampaikan kepada keridlaan-Nya dan dijaga serta dilindungi dari
sebab-sebab yang dapat menjebak kepada kemurkaan-Nya. Orang yang setiap
saat ilmunya selalu bertambah. Yaitu ketika terjadi pengosongan alam
fikir, maka yang masuk ke dalam bilik akalnya hanya yang datangnya dari
Allah s.w.t. Seorang hamba yang ma’rifatnya semakin hari semakin kuat.
Nurnya semakin memancar. Orang yang selalu dekat dengan yang dicintainya
dan yang disembahnya. Dia berada di dalam kenikmatan yang tiada henti.
Di dalam kesenangan yang tiada putus dan kebahagiaan tiada habis. Surga
baginya adalah apa yang ada di dalam hatinya.
Ketika
ketetapan ajal kematiaannya tiba, disebabkan karena masa baktinya di
dunia fana telah purna, maka untuk dipindahkan ke dunia baqo’, mereka
akan diberangkatkan dengan sebaik-baik perjalanan. Seperti perjalanan
seorang pengantin dari kamar yang sempit ke rumah yang luas. Dari
kehinaan kepada kemuliaan. Dunia baginya adalah surga dan akherat adalah
cita-cita. Selama-lamanya mereka akan memandang wajah-Nya yang Mulia,
secara langsung tanpa penghalang yang merintangi. Allah s.w.t menegaskan
hal tersebut dengan firman-Nya:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (54) فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa itu, berada di taman-taman dan sungai-sungai –
Di tempat yang disenangi di sisi Tuhannya yangMaha Kuasa” .
(QS. al-Qomar; 54/54)
(QS. al-Qomar; 54/54)
Dan firman Allah s.w.t:
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik dan tambahan “.
(QS. Yunus; 10/26)
Firman
Allah s.w.t di atas: “Ahsanuu”, artinya berbuat baik dengan menta’ati
Allah s.w.t dan Rasul-Nya, serta selalu mensucikan hatinya dengan
meninggalkan amal ibadah yang selain untuk-Nya. Allah s.w.t akan
membalasnya di akherat dengan surga dan kemuliaan. Diberi kenikmatan dan
keselamatan. Ditambahi dengan pemberian yang abadi. Yaitu
selama-lamanya memandang kepada wajah-Nya yang Mulia.
“Nafsu
dan Ruh” adalah dua tempat bagi setan dan malaikat. Keadaannya seperti
pesawat penerima yang setiap saat siap menerima signal yang dipancarkan
oleh dua makhluk tersebut. Malaikat menyampaikan dorongan ketakwaan di
dalam ruh dan setan menyampaikan ajakan kefujuran di dalam nafsu. Oleh
karena itu, nafsu selalu mengajak hati manusia untuk melaksanakan
perbuatan-perbuatan fujur.
Di
antara keduanya ada Akal dan Hawa. Dengan keduanya supaya terjadi
proses hikmah dari rahasia kehendak dan keputusan Allah yang azaliah.
Yaitu supaya ada pertolongan bagi manusia untuk berbuat kebaikan dan
dorongan untuk berbuat kejelekan. Kemudian akal menjalankan fungsinya,
memilih menindaklanjuti pertolongan dan menghindari ajakan kejelekan,
dengan itu supaya tidak terbuka peluang bagi hawa untuk menindaklanjuti
kehendak nafsu dan setan. Sedangkan
di dalam hati ada dua pancaran Nur, “Nur Ilmu dan Nur Iman”. itulah
yang dinamakan yakin. Kesemuanya indera tersebut merupakan alat-alat
atau anggauta masyarakat hati. Hati bagaikan seorang raja terhadap bala
tentaranya, maka hati harus selalu mampu mengaturnya dengan aturan yang
sebaik-baiknya. (Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jailani, “Al-Ghunyah”; 1/101)
Walhasil,
yang dimaksud alam ruhaniah itu bukan alam jin atau alam ghaib, tetapi
alam-alam batin yang ada dalam jiwa manusia. Alam batin yang menyertai
alam lahir manusia secara manusiawi. Dengan alam batin, manakala
indera-indera yang ada di dalam alam batin itu hidup, maka manusia bisa
mengadakan interaksi dengan makhluk batin dengan segala rahasia
kehidupan yang ada di dalamnya sebagaimana dengan alam lahir manusia
dapat mengadakan komunikasi dengan makhluk lahir dengan segala
urusannya.
Untuk
menghidupkan indera-indera yang ada di alam batin tersebut, manusia
harus mampu mencapainya dengan jalan melaksanakan mujahadah dan riyadhoh
di jalan Allah. Mengharapkan terbukanya matahati (futuh) dengan
menempuh jalan ibadah (thoriqoh) dengan bimbingan seorang guru mursyid
sejati. Perjalanan tersebut bukan menuju suatu tempat yang tersembunyi,
melainkan menembus pembatas dua alam yang di dalamnya penuh mesteri.
Dengan itu supaya ia mencapai suatu keadaan yang ada dalam jiwa yang
dilindungi, supaya dengan keadaan itu ia dapat menemukan rahasia jati
diri yang terkadang orang harus mencari setengah mati. Itulah perjalanan
tahap awal yang harus dicapai seorang salik dengan sungguh hati. Lalu,
dengan mengenal jati diri itu, dengan izin Allah selanjutnya sang
pengembara sejati dapat menemukan tujuan akhir yang hakiki, yakni menuju
keridhoan Ilahai Rabbi.
Komentar
Posting Komentar